
Postulis.com - Persija Jakarta, sang jawara Liga 1 Indonesia tahun lalu mengalami nasib kurang beruntung di musim ini, Liga 1 2019.
Sebagai juara bertahan, seharusnya Persija dapat mempertontonkan penampilan dan permainan terbaiknya di musim ini. Tetapi kenyataannya, mereka malah masih terpuruk di klasemen bawah hingga minggu ketiga di putaran kedua. Mirisnya lagi mereka sering keluar-masuk zona degradasi.
Ada apa dengan Persija?
Sepertinya kalimat tersebut sangat pas untuk menggambarkan kondisi mereka saat ini. Namun, dalam pandangan Minpos pribadi, sebagai suporter pasif Persija sejak kecil, Minpos melihat ada suatu hal yang membuat Persija bernasib kurang beruntung seperti saat ini.
Hal tersebut Minpos rasa bisa kita jadikan sebagai pelajaran, agar kita tidak bernasib sama seperti Persija. Mau tahu apa hal tersebut? Tentu sobat Pospos harus terus membaca postingan ini.
Ini dia, pelajaran berharga dari terpurukya Persija.
Tidak sabaran. Minpos rasa ini adalah hal yang paling mendasar dari hasil minor yang diraih tim Persija musim ini.
Seperti yang kita ketahui bersama, Persija memang memilih berganti pelatih pada awal musim ini karena pelatih lama mereka (Coach Teco) berpindah haluan ke klub asal Pulau Dewata, yaitu Bali United FC.
Pada beberapa laga awal, pelatih baru Persija (Coach Kolev) meraih hasil yang menggembirakan hati publik Jakmania. Namun nahas, pada beberapa laga selanjutnya, Persija mulai mengalami masa-masa sulit mendapatkan satu kemenangan saja, dan malah terpaksa tersingkir dari dua kejuaraan penting. Hal tersebut membuat publik Jakmania merasa kecewa.
Berangkat dari kekecewaan tersebut, mereka mendesak manajemen untuk melepas Coach Kolev yang belum genap semusim bersama Persija.
Kepergian Kolev mendapat dua respon yang berbeda dari kalangan suporter. Ada yang sedih, dan ada pula yang mendukung keputusan itu, semua demi Persija.
Lalu tidak berselang lama, manajemen berhasil mendatangkan nahkoda baru berkebangsaan Spanyol, Coach Julio Banuelos.
Beberapa kalangan Jakmania tidak percaya dengan perekrutan pelatih naru tersebut dikarenakan rekam jejaknya. Tetapi beberapa kalangan lain masih percaya bahwa pelatih asal Spanyol itu dapat mengubah gaya permainan Persija menjadi seperti Barcelona, yaitu tiki-taka.
Namun angan tinggal angan. Beberapa laga awal lagi-lagi menjadi awal pula bagi keterpurukan Persija.
Meski berhasil membawa Persija ke putaran final turnamen Piala Indonesia 2019, Coach Julio pada laga berikut-berikutnya malah mendapat hasil buruk terus-menerus. Kalau enggak kalah ya seri. Begitu keluh suporter. Maka teriakan Julio out sampai menggema di stadion pasca laga kandang.
Tidak hanya itu. Suporter sampai ikut mengkambing-hitamkan manajer Persija, Ferry Paulus sebagai biang keladinya karena merekrut pelatih penjas, julukan Jakmania untuk Coach Julio.
Dengan desakan itu pula lah, Coach Julio yang juga belum separuh musim bersama Persija memilih meninggalkan tim mantan Ibukota tersebut.
Terakhir, pada awal-awal putaran kedua, Persija mendatangkan pelatih ketiga mereka di musim ini, Coach Edson. Rumor kedatangan beliau memang sudah santer di media sosial.
Kali ini nasib berbeda. Di laga perdana bersama Coach Edson, Persija menelan kekalahan, di laga kandang pula. Dan hal itu sempat membuat suporter kesal, dan pasrah dengan nasib Persija yang sudah di ujung tanduk.
Namun, Persija berhasil mendapat angin segar di laga-laga selanjutnya, Coach Edson berhasil mebawa hasil baik bagi tim. Dari lima laga awal Coach Edson bersama Persija, beliau sudah bisa memberi 2 kemenangan penting, dan 2 hasil seri di 6 laga awalnya.
Semoga Coach Edson bisa membawa Persija keluar dari zona merah dan membawa Persija bangkit hingga masuk 10 besar di klasemen akhir.
Semoga Coach Edson adalah pelatih terakhir Persija di musim ini, dan diperpanjang kontraknya hingga dua musim. Kenapa? Coba kita tengok kembali statistik Coach Teco, yang berhasil membawa Persija meraih gelar kesebelasnya di Liga Indonesia.
Coach Teco membutuhkan waktu dua musim. Bukan hanya semusim, atau separuh musim. Coach Teco juga pernah mendapat tekanan dari Jakmania agar meninggalkan tim karena hasil buruk yang diberikannya. Namun beliau mampu bertahan dan membuktikan bahwa dirinya memang mampu.
Meski kita semua tahu apa yang diinginkan Persija dengan terus mengganti pelatih adalah untuk memperbaiki posisi tim di klasemen, tetapi kita juga harus memikirkan nasib pemain. Dengan terus berganti pelatih, maka pemain harus beradaptasi kembali dengan gaya permainan baru.
Lalu apa pelajaran berharganya?
Jika kamu lagi senang mengerjakan sesuatu dan berharap berhasil namun kenyataannya malah gagal, maka ingatlah, semua butuh proses, tidak ada yang instan untuk meraih sebuah kesuksesan. Bahkan Persija butuh waktu 17 tahun untuk kembali memegang piala liga.
Jadi, sobat Pospos harus lebih ikhlas lagi ya dalam menunggu. Karena bersabar dan menikmati proses adalah yang jauh lebih penting dari sebuah hasil.
Semoga bermanfaat :)
Salam Minpos.
Share This :

0 komentar