Zaman sekarang masih berlaku nggak sih kata “autodidak”?
pexels/Julia M Cameron |
Otodidak, atau autodidak merupakan kata benda. Sebelum
lanjut, pahami dulu bedanya kata benda (nomina) dengan kata sifat (adjektiva).
KBBI V karya Kemendikbud mengatakan kalau Otodidak itu artinya mendapatkan
keahlian dengan belajar sendiri. Kateglo: platform kamus, tesaurus, danglosarium karya Ivan Lanin juga mengatakan hal yang senada. Kalau begitu, makin
ke depan, makin banyak orang yang otodidak dong? Lho, kok bisa?
Saya sudah singgung, kalau otodidak itu kata benda. Dalam
penggunaan keseharian saja masih salah penempatan kata. Beritagar.id (sekarang
lokadata.id) pernah menyinggung kasus ini di suatu artikel di kanal Tabik-nya. Di
sana disesalkan mengapa selama ini banyak orang, bahkan media berita yang lebih
senang menggunakan kata otodidak ketimbang otodidaktik. Otodidak kan kata
benda, sedangkan otodidaktik itu kata sifat. Sssttt saya juga baru tahu, kok.
Coba baca contoh kalimat berikut dengan saksama.
Hanya Belajar Otodidak, Kakak Beradik Ini Mampu Palsukan BPKB dan STNK (Wartakota.tribunnews.com, 13 September 2018).
Apakah inti berita tersebut adalah
sepasang kakak beradik yang bisa memalsukan BPKB dan STNK padahal yang mereka
pelajari adalah otodidak? Tentu bukan dong, mana bisa begitu. Paham,
ya sampai sini? Lanjut.
Sekarang, kita anggap penulisan otodidak di artikel ini
adalah otodidaktik (baca: autodidaktik karena KBBI V menolak otodidaktik).
Sepakat?
Balik ke pembahasan utama artikel opini ini: zaman sekarang
masih berlaku nggak sih kata “otodidak”? Jawabannya tidak!
Tunggu, jangan emosi dulu. Saya akan memaparkan beribu
alasan yang uninsightful di bawah
sebagai penguat opini saya. Ya namanya juga opini, bisa setuju bisa tidak, tapi
lebih seru jika banyak yang tidak setuju.
Wikipedia bilang ke saya, panjang sih, saya ambil intinya saja.
Otodidak, katanya, adalah orang yang mendapatkan pengetahuan (keterampilan)
tanpa bantuan guru. Kata otodidak, lanjutnya, berasal dari bahasa Yunani,
autodidaktos, yang artinya belajar sendiri.
Begini
ucapan lengkapnya, “Otodidak atau autodidak (dari bahasa Yunani autodídaktos
= "belajar sendiri") merupakan orang yang tanpa bantuan guru bisa
mendapatkan banyak pengetahuan dan dasar empiris yang besar dalam bidang
tertentu. Mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dengan belajar sendiri.
Biasanya,
seseorang yang disebut sebagai otodidak bergelut dalam bidang tertentu,
seperti seni, sastra, arsitektur,
dan kerajinan tangan. Di samping itu, beberapa
bidang bisa jadi sangat sempit sehingga pendidikan yang sesungguhnya tidak ada,
di mana seseorang mendiskusikan apakah pendidikan itu merupakan kemungkinan
realistik (kewaskitaan).”
Spidolbekas.wordpress.com juga
membisikkan sesuatu perihal otodidak pada saya. Katanya otodidak itu orang yang
mempelajari sesuatu (biasanya di bidang seni, dan sejenisnya) dengan
memanfaatkan kemampuannya sendiri tanpa bimbingan guru. Intinya begitu.
Kutipan lengkapnya begini, “dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya
dalam dunia belajar, ada dua jenis cara belajar yaitu belajar dengan bimbingan
dan satu lagi belajar dengan kemampuan sendiri, tanpa bimbingan. orang yang
biasa mempelajari sesuatu biasanya disebut dengan orang otodidak.”
Lanjut Kompasiana, melalui salah satu penggunanya bernama Cempaka
Karya dalam salah satu artikelnya berjudul “22 Tokoh Otodidak Sejati yangMengubah Dunia” menceritakan bahwa ke-dua puluh dua tokoh dunia itu belajar
otodidak dan mampu mengubah peradaban pada bidangnya masing-masing. Kisah
tokoh-tokoh hebat itu, diceritakan kalau mereka semuanya tidak melanjutkan
pendidikan atau menamatkan kuliah karena lebih memilih mempelajari sendiri, dan
akhirnya sukses. Itulah yang diklasifikasikan sebagai otodidak, menurut Cempaka
Karya pada lima tahun silam.
Berangkat dari ketiga data dan bukti tersebut, sudah
menangkap bukan kenapa artikel opini ini ditulis? Kenapa memilih topik makna
otodidak yang sering dikesampingkan?
Banyak orang, termasuk saya yang menggunakan kata otodidak
tanpa mengikutsertakan maknanya alias mengesampingkan maknanya. Ya mungkin
untuk artinya sudah tepat, tapi perlu juga dicatat bahwa arti dan makna itu
berbeda.
Zaman sekarang, rasa-rasanya sudah tidak tepat lagi
menggunakan kata otodidak untuk pencapaian kesuksesan yang dihasilkan (tanpa
bimbingan guru), karena meskipun youtuber, blogger, dan influencer itu tidak
secara langsung menyatakan bahwa mereka adalah guru atau bertitel guru yang
membimbing kita, kalau kita tahu sesuatu dari mereka atau sebaliknya mereka
memberikan insightful kepada kita ya
tetap saja mereka membimbing kita. Mereka adalah guru kita secara tidak
langsung. Padahal kan otodidak itu “tanpa bantuan guru”.
Zaman sekarang yang sudah serba teknologi, yang banyak hal
sudah tersedia di internet dengan kemudahan aksesnya, apalagi sepuluh tahun
yang akan datang, rasanya sudah tidak boleh lagi menggunakan kata otodidak,
karena semua orang sukses bakal disebut otodidak nantinya, apalagi dengan sudah
dimulainya sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi COVID-19 ini.
Kalau begitu nanti bakal sulit untuk mengenang para otodidak sejati yang 22
tokoh tadi.
Pun apa mau di sepuluh tahun yang akan datang ada sebuah
artikel berjudul “7 Miliar Tokoh Otodidak yang Mengubah Dunia”? Mau sepanjang
apa artikelnya?
Untuk itu, coba gunakan istilah “Belajar Mandiri” ketimbang
“Belajar Otodidak”. Supaya ketika sukses kelak, para jurnalis memberitakannya
tidak dengan istilah otodidak.
Saya pun sedang mencoba untuk membiasakan diri agar tidak menyebut diri saya ini sebagai autodidak, karena saya paham bagaimana cara belajar saya. Meski tanpa bimbingan guru, tapi ketika saya kesulitan tentang sesuatu yang sedang saya pelajari, saya hanya perlu pergi ke Youtube atau Google lalu muncullah banyak video dan artikel yang “menuntun” saya sampai bisa. Bagi saya, internet adalah guru. Lantas saya menyimpulkan kalau sudah dibimbing oleh guru (baca: internet) maka sudah bukan termasuk sebagai autodidaktik lagi.
Berangkat dari pembahasan di atas, maka sudah sepantasnya untuk tidak lagi menggunakan kata "autodidak" dengan mengabaikan maknanya. Tenang, masih berlaku dan kita masih boleh kok memakai kata "autodidak", asal sesuai dengan makna dan arti katanya saja. Lagi pula di zaman 4.0 ini, yang tidak sesuai dengan kaidah (baca: berontak, open minded) pun malah lebih dihargai bukan?
0 komentar